Selasa, 16 April 2013

MAPALA UMI MAKASSAR: Titik Nol MAPALA UMI MAKASSAR

MAPALA UMI MAKASSAR: Titik Nol MAPALA UMI MAKASSAR: Sudah banyak cerita dan kenangan yang terukir di Sekertariat MAPALA UMI Makassar. Dari masa ke masa, dari angkatan ke angkatan berikutny...

Rabu, 27 Februari 2013

MAPALA UMI MAKASSAR: Titik Nol MAPALA UMI MAKASSAR

MAPALA UMI MAKASSAR: Titik Nol MAPALA UMI MAKASSAR: Sudah banyak cerita dan kenangan yang terukir di Sekertariat MAPALA UMI Makassar. Dari masa ke masa, dari angkatan ke angkatan berikutny...

Kamis, 05 Januari 2012

Instrumentasi Kelautan

Instrumentasi Kelautan

Sistem Pakar Penentuan Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat (DPL-BM)

1. PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang
Sumberdaya wilayah pesisir dan laut memiliki peranan  penting bagi pembangunan nasional. Laju pemanfaatannya yang semakin pesat meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa. Namun pertumbuhan ekonomi tersebut menimbulkan fenomena kerusakan pada lingkungan pesisir karena pemanfaatan sumberdaya pesisir tersebut kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi.
Kerusakan tersebut mengakibatkan produktivitas sumberdaya pesisir dan laut berkurang sehingga berdampak pada rendahnya taraf kehidupan masyarakat. Kemiskinan dan tekanan ekonomi yang semakin meningkat mendorong masyarakat melakukan ekploitasi untuk tujuan jangka pendek dengan menggunakan bahan-bahan dan peralatan yang tidak ramah lingkungan. Selain itu, meningkatnya persaingan untuk mendapatkan sumberdaya pesisir dan laut akan membuka peluang terjadinya konflik pemanfaatan yang semakin besar.

Untuk mempertahankan, memperbaiki, dan meningkatkan sumberdaya pesisir dan laut, serta mengurangi konflik pemanfaatan maka salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah pendekatan daerah perlindungan laut berbasis masyarakat (DPL-BM). DPL-BM merupakan daerah pesisir dan laut yang dapat meliputi terumbu karang, hutan mangrove, lamun, atau habitat lainnya secara mandiri atau bersama-sama yang dipilih dan ditetapkan untuk ditutup secara permanen dari kegiatan perikanan dan pengambilan biota laut. Penentuan DPL-BM yang tepat dan pengelolaan yang  baik diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan berkelanjutan.

1.2.    Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sistem pakar untuk penentuan DPL-BM berbasis website.

2.    BAHAN DAN METODE

2.1.  Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dimulai bulan Maret 2009 dan berakhir pada bulan Mei 2010 di Departemen Ilmu dan teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

2.2.      Alat dan Bahan
Spesifikasi perangkat keras yang digunakan dalam sistem pakar penentuan DPL-BM antara lain : Prosesor AMD Turion 64 X2 2.0 GHz; Memori 2 GB; Media penyimpanan 120 GB; Alat inputan mouse dan keyboard, sedangkan spesifikasi perangkat lunak yang digunakan adalah : Microsoft Windows XP Professional Service  Pack 2; Bahasa pemrograman PHP 5.2.5, DBMS MySQL 5.0.51; Web Server Apache 2.2.8; CMS Joomla 1.5.14; Scripting Engine Code Igniter 1.5.6; Editor Notepad++, Adobe Dreamweaver CS3; Browser Mozilla Firefox 3.0.2.

2.3.     Pembangunan Perangkat Lunak
Sistem pakar penentuan DPL-BM mengacu kepada model proses pengembangan perangkat lunak Waterfall, yaitu identifikasi, analisis, desain, implementasi, dan pengujian (Gambar 1). Identifikasi merupakan langkah pertama dalam sistem pakar. Pada tahap ini dilakukan proses pengidentifikasian terhadap masalah yang ingin dibahas yaitu tentang penentuan daerah perlindungan laut berbasis masyarakat.

Analisis yang dilakukan meliputi analisis kebutuhan pengguna dan  kebutuhan sistem pakar. Analisis kebutuhan sistem pakar dilakukan supaya sistem dapat menjalankan proses dengan baik sesuai dengan kebutuhannya. Analisis dan pemodelannya meliputi kebutuhan aplikasi, kinerja sistem yang diharapkan, basis pengetahuan, mekanisme interferensi, identifikasi aktor.
Tahap desain meliputi perancangan basis data, perangkat lunak, aturan pada basis pengetahuan dan mekasnisme inferensia. Dalam merancang basis data, dilakukan pemodelan terhadap kebutuhan dan aktifitas yang terjadi pada basis data yaitu Entity Relationship Diagram dan struktur tabel. Perancangan perangkat lunak dilakukan dengan merancang antarmuka pemakai yang digunakan sebagai media perantara dalam penyampaian data dan informasi dari dan ke pengguna.

Basis pengetahuan pada sistem pakar ini terdiri dari dua macam sumber pengetahuan yaitu fakta dan aturan. Fakta pengetahuan berisikan mengenai kriteria-kriteria penentuan DPL-BM atau gejala pada suatu lokasi yang menyebabkan ditentukannya prioritas penentuan DPL-BM. Sedangkan aturan merupakan pengetahuan yang didasarkan pada keterkaitan antara kriteria-kriteria penentuan DPL-BM untuk mendapatkan keputusan kelayakan suatu daerah ditetapkan sebagai DPL-BM.
Fakta dan aturan pada basis pengetahuan bersumber dari konsultasi ahli dan studi literatur. Adapun ahli yang dijadikan sumber kepakaran pada sistem ini adalah Bapak Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA.

Implementasi menggunakan spesifikasi perangkat keras dan lunak yang disebutkan pada bagian perangkat dan peralatan yang tertera di atas. Pengujian perangkat lunak berfungsi untuk memastikan bahwa semua fungsi yang terdapat pada perangkat lunak sudah berjalan sebagaimana mestinya. Metode pengujian yang digunakan dalam pembangunan perangkat lunak ini adalah Black Box Testing. Metode ini dilakukan dengan menguji fungsionalitas sistem tanpa melihat proses yang terjadi di dalamnya.


3.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem pakar penentuan daerah perlindungan laut berbasis masyarakat dapat menentukan status kriteria kelayakan suatu daerah sebagai daerah perlindungan laut berbasis masyarakat. Wilayah yang ingin dilihat status kelayakan sebagai DPL-BM didata berdasarkan tingkatan administrasi pemerintahan mulai dari desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi.

Analisis kebutuhan utama untuk user adalah melakukan proses pendaftaran (sign up), pendataan daerah yang ingin dijadikan DPL-BM, memasukkan data parameter, dan melihat hasil keputusan dari sistem berkenaan dengan status kriteria kelayakan suatu daerah sebagai DPL-BM. Sistem pakar penentuan DPL-BM dapat diakses melalui jaringan internet sehingga dapat menjangkau pengguna dengan mudah dan luas. Sistem ini didukung dengan interface yang dapat memberikan kemudahan bagi pengguna untuk menjalankan aplikasi dalam mengakses informasi. Sistem pakar dapat menghimpun data dari daerah yang ingin ditetapkan sebagai DPL-BM. Sistem pakar dapat memperbaiki pengetahuannya dengan melakukan update data dan bobot parameter penentuan DPL-BM.
Pendekatan mekanisme interferensia yang dipakai sistem pakar penentuan DPL ini menggunakan sistem pelacakan ke depan (forward chaining) dimana pelacakan tersebut dimotori oleh data masukan berdasarkan kriteria-kriteria penentuan DPL-BM kemudian dilakukan pemeriksaan dan menarik sebuah kesimpulan. Sistem akan menggunakan suatu nilai temuan dari masing-masing parameter (bobot) dan kemudian akan dilakukan penjumlahan dari semua data temuan tersebut. Jumlah nilai temuan yang lebih dari 50% total bobot akan menghasilkan status layak sebagai DPL-BM,
Pada proses perancangan basis data, aliran data pada sistem digambarkan pada diagram alir data pada Gambar 2.

Adapun struktur tabel pada sistem ini adalah sebagai berikut :
Menu utama pada sistem pakar antara lain home, tentang sistem, sistem pakar, dan hubungi kami. Home merupakan halaman depan dari website SPPDPL, terdapat  slideshow gambar dan shortcuts menuju sistem pakar. Tentang sistem terdiri dari dua bagian yaitu berisi informasi mengenai sistem pakar dan daerah perlindungan laut. Menu sistem pakar merupakan bagian yang paling utama pada website karena memuat aplikasi penentuan DPL-BM. Menu hubungi kami adalah fitur untuk berkomunikasi antara pengguna dan pengelola website SPPDPL. Pengguna dapat memberikan masukan kepada pengelola dengan mengisi form yang tersedia. Berikut ini adalah tampilan website sistem pakar penentuan DPL-BM :

4.    KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.      Kesimpulan
Sistem pakar penentuan DPL-BM merupakan aplikasi berbasis website yang dapat menentukan kriteria kelayakan suatu daerah sebagai DPL-BM. Sistem pakar penentuan DPL-BM dapat diakses melalui jaringan internet sehingga dapat menjangkau pengguna dengan mudah dan luas. Sistem pakar dapat menghimpun data dari daerah yang ingin ditetapkan sebagai DPL-BM.

4.2.      Saran
Sifat dari sistem pakar yang dapat diperbaiki pengetahuannya membuat sistem ini dapat dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Menambah basis pengetahuan, sumber kepakaran, fakta dan aturan yang lebih baik membuat sistem ini akan dapat terus berkembang ke arah yang lebih sempurna.


DAFTAR PUSTAKA

Ignizio, P. J. 1991. Introduction to Expert System The Development and Implementation of Rule-Base Expert System. McGraw-Hill, Inc. Singapore.

Kusumadewi, S. 2003. Artificial Intelligence (Teknik dan Alikasinya). Graha Ilmu. Yogyakarta. 338 h.

Marimin. 2007. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar Dalam Teknologi Manajerial. IPB Press. Bogor.

Salm, R. V. , J. R. Clark, dan E. Siirili. 2000. Marine and Coastal Protected Areas: A Guide For Planners and Managers. Third Edition. International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources. Gland. Switzerland.

Tulungen, J. J., dkk. 2002. Panduan Pembentukan dan Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut Berbasis-Masyarakat. CRC Technical Report Nomor 2236. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dan University of Rhode Island, Coastal Resources Center Narragansett Rhode Island USA. Jakarta. 77 h.

Turban, E. dan Aronson JE. 2001.  Decision Support and intelligent System, 6th Edition.  Prentice Hall. Upper Saddle River.NJ.

Wijaya, R. 2007. Penggunaan Sistem Pakar dalam Pengembangan Portal Informasi untuk Spesifikasi Jenis Penyakit Infeksi. Jurnal Informatika. 3 (1): 63-88.

pengindraan jauh ( citra satelit)

Akurasi Data Citra Satelit

Dalam pengolahan data citra satelit sangat pelu dilakukannya uji akurasi data. Akurasi yang dimaksud disini adalah kecocokan antara suatu informasi standar yang dianggap benar, dengan citra terklasifikasi yang belum diketahui kualitas informasinya (Campbell, 1987).

Kesalahan dalam klasifikasi dapat disebabkan oleh kompleksnya interaksi yang terjadi antar struktur spasial suatu bentang alam, resolusi sensor, algoritma pengolahan, dan prosedur klasifikasi yang digunakan.  Sumber kesalahan yang paling sederhana terjadi oleh karena kekeliruan penetapan informasi dari kelas spektral yang diada.
Uji akurasi dilakukan dengan membandingkan dua peta, satu peta bersumber dari hasil analisis penginderaan jauh (peta yang akan diuji) dan satunya adalah peta yang berasal dari sumber lainnya, (Campbell 1987).  Peta kedua dijadikan sebagai peta acuan, dan diasumsikan memiliki informasi yang benar.   Seringkali data acuan ini dikompilasi dari informasi yang lebih detail dan akurat dari data yang akan diuji.
Format baku untuk melaporkan hasil uji akurasi adalah dalam bentuk matriks kesalahan, atau dinamakan juga “matriks konfusi” karena ia mengindentifikasi tidak saja kesalahan untuk suatu kategori tetapi juga kesalahan klasifikasi antar kategori.  Matriks kesalahan tersusun dari senarai berukuran n kali n, dimana n adalah banyaknya kelas objek yang ada di peta.

Akurasi Data Citra Satelit, Anggi Afif Muzaki
Gambar 1.       Contoh Matriks Kesalahan (Congalton dan Green, 1999)
Untuk menyusun matriks kesalahan tersebut, kedua peta harus dapat dibandingkan.  Karena itu, keduanya haruslah memiliki sistem koordinat yang sama. Ketidaksamaan posisi titik pada peta yang akan dibandingkan dapat menjadi penyebab terjadinya kesalahan klasifikasi yang pada akhirnya menghasilkan kesalahan pada uji akurasi.  Menurut Townshed et.al (1992), akurasi dari penyatuan sistem koordinat biasa dinyatakan dengan root mean square (rms) error dari sejumlah titik kontrol.  Nilai 0.5 hingga 1.0 piksel biasanya dianggap cukup memuaskan dan secara visual kesalahan posisi manakala kedua citra (peta) di tumpangsusunkan  masih berada dalam batas-batas toleransi.
Akurasi data pengolahan data terumbu karang
Pengukuran dengan akurasi tinggi dari wilayah terumbu karang memerlukan metode atau teknik yang terus dikaji, karena semakin terdesak kebutuhan pendataan yang tepat dalam berbagai skala spasial dan yang bersifat simultan. Pemanfaatan data citra satelit penginderaan jauh (inderaja) merupakan metode yang paling ideal untuk menjawab kebutuhan tersebut (Green et al. 2000). Saat ini citra satelit inderaja telah memiliki kemampuan untuk mendeteksi fitur-fitur di terumbu karang seperti komunitas bentik karang (Hochberg and Atkinson 2000), penutupan karang hidup (Isoun et al. 2003), bahkan spesies hewan bentik dan kesehatan karang (Evanthia et al. 1999). Terlepas dari capaian-capaian tersebut, kajian habitat di pesisir, terutama terumbu karang merupakan tantangan berat terkait implementasi data satelit inderaja karena faktor heterogenitas tersebut, bahkan tak jarang pada faktor skala yang lebih kecil daripada resolusi sensor satelit.
Dalam kasus ini penyusunan matrik kesalahan dengan membandingkan data hasil pengolahan citra dengan kondisi sebenarnya dilapangan.  Nilai ketelitian yang diharapkan nantinya harus memenuhi syarat lebih besar dari 70 % (Purwadhi 2001), sehingga dari nilai yang didapatkan tersebut merupakan pembuktian terhadap nilai kevalidan data citra.
Referensi :
Campbell, J.B. 1987.  Introduction to Remote Sensing. The Guilford Press, New York.
Congalton, R. G., and K. Green. 1999. Assessing the Accuracy of Remotely Sensed Data. CRC Press, Boca Raton.
Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. PT Grasindo, Jakarta.

sunber daya kelautan

Pemetaan Sumberdaya Kelautan

Survei Kelautan

Potensi Kelautan di republik ini sungguh sangat berlimpah baik di nearshore maupun di offshore, di mana industri maritim merupakan industri yang sangat menantang (world wide business). Kawasan laut memiliki dimensi pengembangan yang lebih luas dari daratan karena mempunyai keragaman potensi alam yang dapat dikelola. Beberapa sektor kelautan seperti perikanan, perhubungan laut, pertambangan sudah mulai dikembangkan walaupun masih jauh dari potensi yang ada.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan industri yang marine-oriented, survei hidrografi mutlak dilakukan dalam tahapan explorasi maupun feasibility study. Survei hidrografi adalah cabang ilmu yang berkepentingan dengan pengukuran dan deskripsi sifat serta bentuk dasar perairan dan dinamika badan air atau dengan kata lain Hidrografi adalah ilmu terapan di dalam melakukan pengukuran dan pendeskripsian objek-objek fisik di bawah laut untuk digunakan dalam navigasi. Informasi yang diperoleh dari kegiatan ini untuk pengelolaan sumberdaya laut dan pembangunan industri kelautan (KK Hidrografi, 2004 ).
Kebutuhan teknologi survei dan pemetaan laut yang modern ini merupakan suatu kebutuhan, apalagi dengan berlakunya UNCLOS 1982 (United Nations Convention on Law of The Sea), Indonesia diakui sebagai negara kepulauan dan perairan yuridiksi Indonesia bertambah luas serta perlu segera dipetakan.
Kompetensi profesi dan Akademisi Hidrografi dikelompokkan menjadi beberapa aplikasi yaitu (IHB, 2001)
1. Nautical Charting ( pemetaan laut )
2. Military
3. Inland Water
4. Coastal Zone management
5. Offshore Seismic
6. Offshore Construction
7. Remote sensing
Tujuan survey hidro-oseanografi diantaranya untuk mendukung pekerjaan :
- Rencana penentuan dan pemasangan jalur kabel dan pipa bawah laut
- Pencarian pesawat dan kapal-kapal yang tenggelam.
-  Penentuan algoritma parameter kelautan (TSS, SST, koreksi kolom perairan untuk aplikasi penginderaan jauh, dll)
- Penentuan pengeboran sumur minyak (well rig)
- Operasi pencarian ranjau dan bahan peledak di bawah laut
- Investigasi pipa dan kabel bawah laut, dll.
Adapun kegiatan survey hidro-oseanografi meliputi :

1. Survey Titik Kontrol Geodetik
Referensi titik kontrol geodesi yang merupakan bagian dari Jaringan Kerangka Kontrol Horizontal Nasional yang terletak di dekat atau di lokasi survei diperlukan untuk penentuan posisi DGPS menggunakan Shorebase Station (Reference Point) dan untuk verifikasi alat DGPS yang akan digunakan untuk survey. Point of Origin untuk kerangka kontrol horizontal tersebut diperoleh dari instansi resmi, seperti Bakosurtanal. Jika diperlukan, penentuan point of origin dapat dilaksanakan sendiri, dengan referensi salah satu titik yang sudah ada, baik dengan mengadakan pengamatan GPS secara relatif maupun secara konvensional dengan melakukan pengukuran traverse. Jika titik referensi tambahan dibutuhkan, maka titik tersebut harus dibangun semi-permanen yang dapat mewakili daerah survei yang telah ditentukan.
Semua ketinggian (elevasi) dan kedalaman air, akan dihubungkan dengan suatu datum yang direferensikan ke Mean Sea Level (MSL) atau Chart Datum(Low Water Spring: LWS), atau datum tertentu yang sudah mendapatkan persetujuan. Semua elevasi dan kedalaman harus dihubungkan dengan benchmark tertentu yang terletak di darat, atau direferensikan kepada elipsoid tertentu yang ditentukan dengan GPS.
2. Sistem Navigasi Survey
Penentuan posisi kapal survei dilaksanakan menggunakan GPS receiver dengan metode Real Time Differential (DGPS) dengan mengikuti prinsip survei yang baik dan menjamin tidak adanya keraguan atas posisi yang dihasilkan. Lintasan kapal survei dipantau setiap saat melalui layar monitor atau diplot pada kertas dari atas anjungan. Sistim komputer navigasi memberikan informasi satelit GPS seperti: nomer satelit yang digunakan, PDOP dan HDOP. Elevation mask setiap satelit diset pada ketinggian minimum 10 derajat. Bila DGPS yang digunakan menggunakan shore base station, satu GPS receiver dipasang di atas kapal survei dan satu lagi di atas titik berkoordinat di darat (shore base station). Selama akuisisi data, koreksi differential dimonitor dari atas kapal pada sistim navigasi.
Sistim komputer navigasi menentukan posisi setiap detik, dan jika perlu, logging data ke hardisk komputer dapat ditentukan setiap 1, 5 atau 10 detik sebagai pilihan.
3. Pengamatan Pasang Surut Laut
Pasang surut muka air laut dipengaruhi gravitasi bulan dan matahari, tetapi lebih dominan grafitasi bulan, massa matahari jauh lebih besar dibandingkan massa bulan, namun karena jarak bulan yang jauh lebih dekat ke bumi di banding matahari, matahari hanya memberikan pengaruh yang lebih kecil, perbandingan grafitasi bulan dan matahari (masing-masing terhadap bumi) adalah sekitar 1 : 0,46.
Untuk keperluan pemetaan darat diperlukan data mean sea level ( msl ) yang merupakan rata – rata pasang surut selama kurun waktu tertentu (18,6 tahun). Untuk keperluan pemetaan laut diperlukan data surut terendah ( untuk keperluan praktis minimal pengamatan selama 1 bulan , untuk keperluan ilmiah bervariasi 1 tahun dan 18,6 tahun)
Pengamatan pasang surut dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan Muka Surutan Peta (Chart Datum), memberikan koreksi untuk reduksi hasil survei Batimetri, juga untuk mendapatkan korelasi data dengan hasil pengamatan arus.
Stasiun pasang surut dipasang di dekat/dalam kedua ujung koridor rencana jalur survey dan masing-masing diamati selama minimal 15 hari terus-menerus dan pengamatan pasang surut dilaksanakan selama pekerjaan survei berlangsung. Secepatnya setelah pemasangan, tide gauge/staff dilakukan pengikatan secara vertikal dengan metode levelling (sipat datar) ke titik kontrol di darat yang terdekat, sebelum pekerjaan survei dilaksanakan dan pada akhir pekerjaan survey dilakukan.
4. Survey Batimetri
Survei batimetrik dimaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman dan konfigurasi/ topografi dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang mungkin membahayakan.
Survei Batimetri dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey dengan lebar bervariasi. Lajur utama harus dijalankan dengan interval 100 meter dan lajur silang (cross line) dengan interval 1.000 meter. Kemudian setelah rencana jalur kabel ditetapkan, koridor baru akan ditetapkan selebar 1.000 meter. Lajur utama dijalankan dengan interval 50 meter dan lajur silang (cross line) dengan interval 500 meter. Peralatan echosounder digunakan untuk mendapatkan data kedalaman optimum mencakup seluruh kedalaman dalam area survei. Agar tujuan ini tercapai, alat echosounder dioperasikan sesuai dengan spesifikasi pabrik. Prosedur standar kalibrasi dilaksanakan dengan melakukan barcheck atau koreksi Sound Velocity Profile (SVP) untuk menentukan transmisi dan kecepatan rambat gelombang suara dalam air laut, dan juga untuk menentukan index error correction. Kalibrasi dilaksanakan minimal sebelum dan setelah dilaksanakan survei pada hari yang sama. Kalibrasi juga selalu dilaksanakan setelah adanya perbaikan apabila terjadi kerusakan alat selama periode survei. Pekerjaan survei Batimetri tidak boleh dilaksanakan pada keadaan ombak dengan ketinggian lebih dari 1,5m bila tanpa heave compensator, atau hingga 2,5m bila menggunakan heave compensator.

5. Survey Side Scan Sonar

Survei investigasi bawah air (side scan sonar) dimaksudkan untuk mendapatkan kenampakan dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang mungkin membahayakan. Dual-channel Side Scan Sonar System dengan kemampuan cakupan jarak minimal hingga 75m digunakan untuk mendapatkan data kenampakan dasar-laut (seabed features) di sepanjang koridor yang sama dengan survei Batimetri. Skala penyapuan yang digunakan diatur sedemikian rupa sehingga terjadi overlap minimal 50% untuk area survei yang direncanakan. Lajur-lajur survei side scan sonar dapat dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan survei Batimetri dan/atau disesuaikan dengan kedalaman laut sehingga cakupan minimal tersebut dapat terpenuhi.
Apabila menggunakan towfish yang ditarik, panjang kabel towfish tersedia cukup agar tinggi towfish di atas dasar laut dapat dijaga kira-kira 10% dari lebar cakupan/ penyapuan yang dipilih. Towfish sebaiknya dioperasikan dari winch bermotor lengkap dengan electrical slip rings. Rekaman data sonar dikoreksi untuk tow fish lay back dan slant range. Apabila menggunakan towfish yang dipasang pada lambung kapal (vessel-mounted), sistim dilengkapi dengan heave compensator untuk mereduksi pengaruh gelombang. Sistem yang digunakan mampu menghasilkan clear record dari keadaan dasar laut, identifikasi adanya wrecks, obstacles, debris, sand waves, rock outcrops, mud flows atau slides dan sedimen.
Kemungkinan adanya bahaya atau keadaan dasar laut yang perlu mendapatkan perhatian khusus dilakukan investigasi untuk memperjelas jenis dan ukuran bahaya tersebut. Investigasi tersebut dapat dilaksanakan dengan menjalankan lajur yang lebih rapat pada arah yang berbeda dengan lajur umum yang telah dijalankan sebelumnya. Penentuan posisi menggunakan jarak atau waktu tertentu ditandai pada rekaman sonar. Data jarak antara towfish dan antena GPS, termasuk setiap perubahan jarak ini, harus dicatat secara tertib pada Operator’s Log selama survei berlangsung untuk keperluan pengolahan data lebih lanjut.

7. Survey Sub Bottom Profiler

Tujuan dari Survei Sub-bottom Profiling (SBP) adalah untuk investigasi dan identifikasi lapisan sedimen dekat dengan permukaan dasar-laut (biasanya hingga 10m) dan untuk menentukan informasi penting yang berhubungan dengan stratifikasi dasar laut. Survei SBP dapat dilaksanakan bersamaan dengan survei Batimetri dan Side Scan Sonar.
Survei SBP dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey dengan lebar bervariasi. Lajur utama dijalankan dengan interval 100 meter dan lajur silang (cross line) dengan interval 1.000 meter. Kemudian setelah rencana jalur ditetapkan, lajur utama kembali dijalankan sebanyak 3 lajur dengan interval 50 meter, dimana satu lajur dijalankan tepat di tengah-tengah rencana jalur kabel.
System Parametric Subbottom Profiling (atau system lain yang dapat memberikan data sepadan) digunakan untuk mendapatkan rekaman data permanent secara grafis atas profil dasar laut dan perlapisan di bawahnya dengan penetrasi dan resolusi optimum di seluruh kedalaman sepanjang koridor rencana jalur kabel. Untuk mencapai maksud ini, peralatan dioperasikan sesuai dengan petunjuk pabrik dan diset untuk mendapatkan rekaman data optimum. Sub-bottom profiler memberikan rekaman data secara grafis dengan jelas pada skala dan resolusi yang jelas.
Jarak antara transducer/hydrophone dan antena GPS dicatat secara tertib pada Operator’s Log dan kemudian diperhitungkan pada saat pekerjaan interpretasi.
Survei Sub-bottom Profiling tidak boleh dilaksanakan pada cuaca berombak karena sangat mempengaruhi kualitas data, kecuali apabila menggunakan heave compensator. Kemungkinan terjadinya noise yang bersumber dari mesin atau kapal survei harus diupayakan seminimal mungkin dengan berbagai cara. Panjang kabel seismic source dan hydrophone (bila menggunakan sistem demikian) disediakan cukup sehingga memungkinkan diulur pada jarak yang dapat memberikan rekaman data optimum.

8. Survey Magnetik
Survei magnetik dilaksanakan untuk mendeteksi adanya obyek-obyek metal pada atau dekat permukaan dasar laut yang mungkin akan membahayakan. Bahaya yang dimaksud antara lain berupa : wrecks, sunken buoys, steel cables maupun bahaya lain yang terdapat di area survei yang telah ditentukan.
Survei magnetik disarankan dilaksanakan bersamaan dengan survei Batimetri, dengan interval lajur survei sebagaimana menjalankan lajur-lajur batimetrik. Survei magnetometer tidak disarankan untuk dilaksanakan bersamaan dengan survei Side Scan Sonar karena dikawatirkan terjadi gangguan yang bersumber dari towfish Side Scan Sonar kecuali dapat dibuktikan memang tidak terjadi gangguan. Panjang kabel disediakan cukup agar dapat dioperasikan secara optimum sesuai dengan kedalaman air laut selama pelaksanaan survei. Untuk mendapatkan rekaman (secara grafis atau digital) yang memberikan anomali jelas dan pada skala optimum, sensor unit dipasang sedemikian rupa sehingga berada dalam jangkauan deteksi optimum.
Jika terdapat indikasi adanya obyek metal yang cukup signifikan di suatu area tertentu, maka dilakukan survei investigasi lebih lanjut dengan cara menjalankan lajur survei dengan interval lebih rapat.
9. Pengukuran Arus
Pengamatan arus diperlukan dengan tujuan untuk mendapatkan data arah dan kecepatan arus. Data tersebut akan dikorelasikan dengan data pengamatan pasang surut.
Pengamatan arus dilaksanakan dengan 2 metode yaitu;
2 stasiun tetap yaitu pada perairan dekat kedua pantai di mana landing point akan ditempatkan selama sekurang-kurangnya 30 hari pengukuran pada 3 lapisan kedalaman sebesar 0.2, 0.6 dan 0.8m di bawah permukaan air.
Pengukuran dengan metode transek sepanjang jalur poros rencana survei selama sekurang-kurangnya 25 jam saat periode Spring Tide dengan menggunakan peralatan pengukur arus hidro-akustik.
Pembacaan atau pengumpulan data harus dilaksanakan dengan interval tidak lebih dari 60 menit.

10. Survey Transpor Sedimen
Dinamika badan air dan dasar perairan di wilayah survei dikenal sebagai daerah dengan tingkat dinamisasi dasar perairan yang tinggi. Hal tersebut diperkirakan akibat aktifitas eksploitasi pasir di sekitar area survei. Perubahan kedudukan dasar laut akan berakibat pada perubahan kedudukan kabel yang telah digelar.
Survei distribusi sedimen di sepanjang jalur survey minimum dilakukan di tiga tempat mewakili pantai dan tengah-tengah antara keduanya. Pengukuran dilakukan dalam rentang waktu 30 hari. Peralatan utama berupa sediment trap (jebakan sedimen). Sedimen yang terjebak selanjutnya diukur dan diteliti di laboratorium mengenai total berat, ukuran sedimen (grain size) dan dominasi komposisi sedimen dalam arah dan volume sedimen per satuan waktu. Hasil ini nantinya akan digunakan dalam menentukan model arus untuk membentuk model traspor sedimen yang tepat. 
11. Pengadaan Data Gelombang
Pengadaan data gelombang laut dilakukan dengan 2 metode yaitu metode pengukuran langsung dan metode pengadaan data tidak langsung atau data sekunder. Pada metode pengukuran langsung, pengamatan gelombang dilakukan dengan mengamati karakter gelombang pada kedua perairan dekat pantai. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan wave-staff atau peralatan perekam gelombang automatis (self recording).
Metode pengukuran tidak langsung dilakukan dengan pengumpulan data sekunder yang berasal dari dinas meteorologi setempat. Data tersebut dapat digunakan dalam pembangunan model gelombang.
12. Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh dasar laut (seabed sampling) dilaksanakan dengan menggunakan salah satu dari alat berikut: Grab Sampler atau Gravity Corer. Grab/ gravity coring dilaksanakan sepanjang rencana jalur survey hingga kedalaman maksimum 10m dari permukaan dasar laut, dan dengan interval jarak 2,0km atau di lokasi di mana terdapat perubahan litology yang signifikan yang diindikasikan dari hasil survei SSS ataupun survei SBP.
Pengambilan contoh tanah dilakukan dari atas kapal survei dan dilaksanakan setelah adanya hasil interpretasi sementara di atas kapal survei atas hasil survei Side Scan Sonar dan Sub-bottom Profiling.
Setiap pengambilan contoh tanah harus diusahakan agar memperoleh penetrasi optimum. Setiap kali contoh tanah telah diambil harus dicatat dan dideskripsikan secara visual di lapangan tentang: posisi, jenis, ukuran butir, warna, dan lain-lain yang berhubungan.
Pustaka:

Poerbandono & Eka Djunarsjah (2005). Survei Hidrografi. Refika Aditama. Bandung, Indonesia. 166pp.

Djunarsjah, E. (2004), Penggunaan Standar Ketelitian IHO (SP-44) dalam Penetapan Batas Landas Kontinen, Makalah, Lokakarya Sewindu Konvensi Hukum Laut PBB, Yogyakarta.
http://www.indocrews.com

materi kepemimpinan

DEFINISI KEPEMIMPINAN

Apakah arti kepemimpinan?  Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18. Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:

  1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk  mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).

  1. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).

  1. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).

  1. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.

  1. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).

Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.


PENGERTIAN  PEMIMPIN

Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya  jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara, Page 23).



TUGAS DAN PERAN PEMIMPIN

Menurut  James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
  1. 1.      Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi. 

  1. 2.       Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas).
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.

  1. 3.       Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
     Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada  staf.  Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.

  1. 4.       Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan  lain. 

  1. 5.       Manajer adalah seorang mediator
Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).

  1. 6.       Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.

  1. 7.       Pemimpin membuat keputusan yang sulit
Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.

Menurut Henry Mintzberg,  Peran Pemimpin adalah :
  1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
  2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
  3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator


PRINSIP- PRINSIP  DASAR KEPEMIMPINAN

Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi.  Menurut Stephen R. Covey (1997),  prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan  sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu  pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti;  keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan.   Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:

1.   Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

  1. 2.      Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama.  Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

  1. 3.      Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan.  Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;


  1. a.      Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.



  1. b.       Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.

  1. c.       Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.

  1. d.      Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya.  Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.

  1. e.       Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi.  Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses.  Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi; (2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6) merefleksikan

kepada hasil; (7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9) kembali menjadi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi pribadi.  Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar.  Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain.  Latihan ini tidak dapat dipaksakan.  Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.

Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan.  Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ dan SQ).
· · · Bagikan · Hapus


Senin, 12 Desember 2011

Obyek Bersejarah Ditemukan di Sungai Kapuas

Rabu, 15 Desember 2010
Repro Karya Pujangga
Dua penyelam tradisional menemukan “keris” dan “kancip” raksasa (pemotong pinang) sepanjang 1,5 meter di sungai Kapuas, tepatnya di bawah jembatan Pulau Telo, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.


Warga Desa Keramat, “digegerkan” dengan penemuan keris dan kancip pembelah pinang ukuran raksasa oleh dua penyelam tradisional yaitu Henry (21) dan Yanto (28), warga RT 2.
Keris yang ditemukan berbentuk belati yang memiliki ukiran unik di pangkal tetapi gagang kerisnya tidak ada.

Demikian juga dengan kancip besar itu, ujung-ujungnya berbentuk seperti burung suci khas Dayak “tingang”.
Menurut Henry sang penemu,  benda yang mereka temukan dianggap suci. Ada beberapa keanehan ketika pengunjung cukup berani menyentuh keris adalah kaku tangan mereka.  Menurut  perkiraan benda besi yang ditemukan diperkirakan berumur 300 tahunan. Karena itu, Henry tidak tertarik untuk menjual keris dan temuan kancip raksasa itu. “Apa yang saya mau beli masih lebih, hanya saya tidak berniat untuk menjualnya pertama, karena saya tidak mendapatkan petunjuk, baik dari mimpi dan bisikan ajaib,” katanya ….

Ada hubungan sejarah dengan Kerajaan Bataguh
Kesimpulan sementara, senjata tradisional  tersebut terkait dengan Kerajaan Bataguh yang diyakini telah berdiri di Kapuas. “Pada waktu itu Kerajaan Bataguh dipimpin oleh seorang ratu bernama Nyai Undang,” kata Manli, salah seorang tetua adat Dayak.
Bentuk dari barang kuno yang ditemukan bukanlah senjata khas Dayak Kalimantan Tengah.  Diperkirakan senjata-senjata dan perangkat masa silam ini diturunkan dengan kapal dalam rangka menyerang  Kerajaan Bataguh. Pertempuran diperkirakan terjadi sekitar tahun 1400 Masehi. “Kerajaan Bataguh memiliki area yang luas di Kapuas dan Pulau Telo,” kata Manli.
Dia menjelaskan, sebelumnya juga telah ditemukan senjata di Sungai Kapuas dan tidak jauh dari pulau Telo. Temuan itu tepatnya di Mandomai, Kecamatan Kapuas Barat,  Kabupaten Kapuas. Temuan ini memperkuat dugaan dan analisis tentang pernah berdirinya kerajaan Bataguh yang berperang dengan orang asing.
Para penemu keris tua berukuran raksasa itu mengemukakan adanya tujuh buah lubang pada keris. Dia mengatakan, lubang-lubang itu menunjukkan bahwa senjata ini telah memangsa orang. “Sama seperti mandau pedang senjata khas Dayak, jika ada lubang di ujung, itu menandakan bahwa senjata tersebut telah pernah menghilangkan nyawa seseorang,” katanya.
Ketua Dewan Adat Dayak Kapuas, Anggie Rohan, mengatakan hal yang sama. Dia juga menduga adanya link antara temuan ini dengan Kerajaan Bataguh. Kedua benda tersebut diperkirakan berusia lebih dari 300 tahun. Dikatakannya, penemuan ini merupakan hal yang disebut dalam bahasa Dayak  sebagai “keberuntungan” karena tidak semua orang bisa mendapatkannya. “Benda-benda tersebut memiliki kekuatan magis. Biasanya, penemu Keris adalah orang yang terpilih,” katanya.
Diterbitkan oleh Syamsuddin Rudiannoor, S. Sos

Rabu, 23 November 2011

<iframe width="560" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/Sv4ddhCxHtU" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>

Minggu, 20 November 2011

HAWA....!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Kau digelar sebagai penyeri dunia Hadirmu melengkap hubungan manusia Bukan saja dirindui yang biasa Malah Adam turut sunyi tanpa Hawa,

Akalmu setipis belahan rambut Tebalkanlah ia dengan limpahan ilmu Jua hatimu bak kaca yang rapuh Kuatkanlah ia dengan iman yang teguh

Tercipta engkau dari rusuk lelaki Bukan dari kaki untuk dialasi Bukan dari kepala untuk dijunjung Tapi dekat dibahu untuk dilindung Dekat jua di hati untuk dikasihi Engkaulah wanita hiasan duniawi

Mana mungkin lahirnya bayangan yang lurus elok Jika datangnya dari kayu yang bengkok Begitulah peribadi yang dibentuk Didiklah wanita dengan keimanan Bukannya harta ataupun pujian Kelak tidak derita berharap pada yang binasa

Engkaulah wanita istimewa..!!!!!!!!!!!!!!1

Sadarilah insan istimewa,Bahwa kelembutan bukan kelemahan Bukan jua penghinaan dari Tuhan Bahkan sebagai hiasan kecantikan....!!!!!!!!!!!! 

Rabu, 12 Oktober 2011

Sabtu, 08 Oktober 2011

fantasikan duniamu !: ubah flasdisk 1GB menjadi 2GB

fantasikan duniamu !: ubah flasdisk 1GB menjadi 2GB: jaman sekarang FD 1 Giga emang udang gak IN.. namun jangan buang.. ubah aja menjadi 2GB.. mau tau caranya? tunggu setelah yang lewat satu i...

fantasikan duniamu !: foto dan video sungai dibawah laut

fantasikan duniamu !: foto dan video sungai dibawah laut: sebuah sungai yang ditemukan dibawah laut daerah cenote angelita, meksiko. Fenomena 'sungai' di dalam laut Mexico dikhawatirkan bisa memb...